By: Wahyudi El Panggabean
Kali ini, kucoba mengubah “Angel” ceramahku di Pelatihan Jurnalistik yang ditaja Forum Solidaritas Wartawan Rokan Hulu (FOSWAR), 19 Desember 2019 silam.
Dengan mengubah strtegi, Acara dibawah kendali Ketua FOSWAR Yusrizal Thamrin itu, jadi berbeda.
Bukan lagi tentang strategi menulis yang baik. Justru sebaliknya: Berbuat kebaikan dengan menuliskannya.
Ceramahku bertajuk: “Peningkatan Spritual dalam Strategi Wartawan Menembus Narasumber”, ternyata direspon maksimal seluruh peserta.
Ketika suaraku menggelegar, meminta peserta hanya takut dengan “Tuhan” ruangan jadi senyap.
Di sesi dialog, seorang pria berusia 30-an bergaya “Gaul” tiba-tiba maju meraih microphone.
“Aku bukan mau bertanya. Tetapi, ingin mengungkap rasa syukur atas keikutsertaanku di acara ini. Aku terharu…,” katanya.
Pria itu kemudian memperkenalkan diri, seterusnya memperkenalkan aktivitasnya, di keseharian.
Wow…Dia ternyata seorang Uztad, pemilik sekaligus pemimpin Pusat Pondok Pesantren Rehabilitasi Quranic Healing Indonesia. Institusi inj berada di Kawasan sekitar 5 km dari Kota Ujung Batu arah Pasir Pengaraian.
Sekitar 75 menit usai acara di Hotel Sapadia, Pasir Pengaraian, Rokan Hulu Riau, aku sudah berada di Komplek Pesantren itu.
Ada 130 santri yang telah/tengah dia “selamatkan”. Sebagian besar konsumen narkoba. Mereka dididik, tentang Islam, membaca Al-Quran, mengaji, serta aktivitas lain yang bermakna.
Susah membayangkannya. Dulunya saat masuk ke Pondok, ada yang sudah nyaris tewas dan “gila” karena menkondumsi narkoba, kini mereka lebur dalam rumpun kebersamaan solidaritas.
Mulai dari: mahasiswi kedokteran, anak pejabat, anak pengusaha, preman, polisi, marinir “tunduk” kepada otoritas terapi sang Uztad. Uztad yang persuasi dan bersahabat.
Beberapa santri berusia lanjut, menyantri di sini, setelah “dibuang” pihak Rumah Sakit Jiwa. “Awak sanang siko,” kata Santri berusia 70 tahun.
Komplek itu, sekilai bagai duplikat penjara.Tetapi, begitu aku maduk, ratusan manusia menyambutku bagai seorang Pejabat Tinggi.
Ada masjid besar yang dipimpin seorang imam. Ketika azan bergema, semua ngumpul di masjid lalu khusyuk dalam sholat. Mengharukan.
Ada ruang isolasi. Setiap sudut dilengkapi cctv. Pintu pagar besi di gerbang mengitar tembok beton setinggi 3 meter.
Pos pengamanan di bagian depan bertaut dengan pintu. Tetapi area itu begitu bersahaja membentuk komunitas yang indah.
Aku sempat mewawancarai 3 santri. Ketiganya, mengaku sangat betah. Senang dengan gaya peyembuhan sang Uztad.
“Ini hanya inisiatif dan upaya saya pribadi, Pak,” ujar sang Uztad. Kok bisa?
“Bukankah Bapak sendiri yang juga mengakui di dalam ceramah Bapak tadi, semua sudah dikendalikan Allah..,”sang Uztad tertawa.
Aku kemudian dibawa ke lokasi lain, sekitar 800 meter arah barat.Wow….!
Ternyata, Pesantren ini punya area Pacu Kuda. Tempat berlatih para santri yang sudah sehat.
Ada puluhan ekor kuda di sana. Kuda lokal dan kuda dari “luar”.sang Uztad ini pula yang jadi instruktur.
Belum lama ini santri dari Pesantren ini, meraih Juara II Nasional Pacu Kuda di Arena Pacu Kuda, Okura Kota Pekanbaru.
Para santri yang sudah mahir, menjadi Pelatih buat santri yang lain. Aku juga sempat kursus sekejap.
Dibimbing langsung, Instruktur Utama, yachh… sang Uztad itu.
Aku terkesiap.Aku terkagum-kagum dengan aktivitas sang Uztad muda ini. Programnya yang menyentuh Langit di era carut marut penegakan hukum pemberantasan narkoba.
Di tengah gebyar penangkapan para gembong, mafia dan cukong para Narkoba dalam berita media massa, sang Uztad ini asyik sendiri, melakukan tindakan nyata, merehabilitasi para korban….
Rehabilitasi atas nama Allah. Bersandar pada spritual Islam dengan segala upaya dana dan pembiayaan dari kucuran Tuhan.
Luar biasa Anda Pak Uztad Andi Sidomulyo Ikhlas. Teruslah menggedor pintu “Penguasa Bumi” dengan kifrahmu yang Agung..
Memperpanjang catatan amal kebaikanmu di “Langit”. Karena menyelamatkan mereka yang telanjur jadi korban bukan saja jadi bhakti di rutinitasmu.
Tetapi, sebuah tugas panggilan jiwa…😢😊👍🙏***